Sifat Limbah Setelah Perlakuan Dengan Buckom LAWT-60

Hasil pengujian sifat karet mentah serta kompon dan vulkanis ACS, asal karet yang diperoleh dari penggumpalan limbah lateks dengan Buckom LAWT-60. Sebagai bahan penggumpal Buckom LAWT-60 ini sangat reaktif. Reaktivitas Buckom LAWT-60 ini menurun bila limbah lateks tersebut mengandung amoniak. Penggumpaln limbah lateks baik dengan Buckom LAWT-60 maupun dengan asam semut jelas memperbaiki mutu limbah , khususnya limbah hasil penggumpalan dengan Buckom LAWT-60, selain memberikan nilai BOD dan COD yang lebih rendah, pH-nya mendekati netral.(Balai Penelitian Perkebunan sungai Putih ,1988)
Amoniak sebagai bahan pemantap lateks pekat mempunyai kelemahan yaitu baunya merangsang kuat sehingga merupakan salah satu masalah dalam pengolahan selanjutnya. Hal ini menyebabkan berkembangnya pengawetan lateks pekat dengan kadar amonia rendah. Dalam pengawetan dengan kadar ammonia rendah selalu ditambahkan bahan pengawet kedua yaitu asam lemak untuk meningkatkan waktu pemantapan mekaniknya.
Amoniak anhidra adalah gas amoniak yang dicairkan dengan suatu tekanan tertentu yang dikemas dalam suatu tabung baja berkapasitas 50-75 kg sedangkan larutan amoniak adalah gas amoniak yang dialirkan kedalam air biasanya berkonsentrasi 20% (Solichin,1988).

Bilangan asam lemak mudah menguap ( volatile fatty acid ) didefinisikan sebagai jumlah asam lemak eteris rantai pendek, yang terdapat dalam lateks pekat yang mengandung 100 gram padatan total. Nilai ini menggambarkan tingkat kebusukkan lateks pekat. Semakin tinggi nilai volatile fatty acid akan semakin buruk kualitas lateks pekat tersebut.(Stanley,H. 1988).

Karet merupakan polimer alam terpenting dan dipakai secara luas dilihat dari sudut industri. Karet merupakan politerpena yang disintesis secara alami melalui polimerisasi enzimatik isopentilpirofosfat. Hampir semua karet alam diperoleh sebagai lateks yang terdiri dari sekitar 32-35% karet dan sekitar 5% senyawa lain, termasuk asam lemak, gula, protein, sterol, ester, dan garam. Karet guayule merupakan kekecualian, yang diperoleh melalui pulping dan parboling tumbuhan sebelum dimurnikan. Residu panen selulosik (bagasse) merupakan sumber alkohol fermentasi yang potensial. Karet termasuk polimer dengan berat molekul sangat tinggi (rata-rata sekitar 1 juta) dan amforsus, meskipun menjadi terkristalisasi secara acak pada suhu rendah.

Lateks bisa dikonversi kekaret busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh vulkanisasi. Sarung tangan karet dan balon biasanya dibuat dengan mengkoting lateks diatas cetakannya sebelum vulkanisasi. Sebagian besar karet Havea (sekitar 65%) digunakan dalam pembuatan ban, tetapi juga ditemukan dalam sekelompok produk-produk komersial termasuk alas kaki,segel karet. Weather striping, shock absurver, insulasi listrik, asesoris olah raga, dan lain-lain. Semuanya memakai karet dalam bentuk yang tervulkanisasi. Salah satu diantara beberapa aplikasi karet yang tidak tervulkanisasi adalah bentuk kerisut yang, karena ketahanan abrasinya istemewa, diapakai untuk tapak sepatu. Satu bentuk lain dari karet alam adalah getah perca (gutta-percha) yang juga diperoleh dalam bentuk lateks dari pepohonan (misalnya, Pallaquium oblongifolium dan pohon-pohon serupa terutama berasal dari Asia Tenggara). Gutta-percha memiliki struktur trans 1,4-poliisoprena. Ia jauh lebih keras dan kurang dapat larut daripada karet Hevea dan eksis dalam bentuk kristal
(Stevens,2001).

Dalam perdagangan karet sering terdapat keluhan atau tuntutan mengenai mutu karet tersebut. Sebagai contoh, jepang sering mengeluh karena karet yang diimpor mempunyai sifat viskositas yang tinggi/ rendah, tidak seragam , dan sebagainya. Salah satu negara pengimpor karet Indonesia adalah jepang yang setiap tahunnya mencapai sekitar 27.000 ton. Karet mentah yang diimpor ini kira-kira 68% berupa karet konvensional, sedang sisanya berupa karet spesifikasi teknis.
Kebutuhan akan karet spesifikasi teknis, sebagian besar diimpor Jepang dari Muangthai, Malaysia, dan Singapura. Hanya sebagian kecil saja jepang mengimpor karet spesifikasi teknis dari indonesia kurang baik mutunya dan kurang seragam.

Terhadap karet mentah dilakukan pengujian analisa kimia dan fisika sesuai dengan karet spesifikasi teknis, yaitu ; kadar kotoran, kadar abu, kadar zat menguap, Po dan PRI.

Disamping itu juga ditentukan kadar nitrogen, kadar gel, jumlah molekul rata-rata, berat molekul rata-rata. Pembuatan kompon dilakukan dengan “ Bunbury Mixer” yang mempunyai kapasitas 2,200 ml.
Kompon nonproduktif terdiri dari karet dengan bahan ramuan kecuali belerang, digiling dengan Banbury Mixer. Suhu penggilingan 80-90oC. Kompon yang diperoleh lalu dibuat lembaran yang tebalnya 5-5,2 mm dengan menggunakan sheeting mill.lembaran didinginkan didalam air, kemudian dicelupkan didalam larutan MgCO3 untuk mencegah kelengketan.
Kompon produktif dibuat dari kompon nonproduktif ditambah dengan belerang. Pencampuran dilakukan juga dengan “Sheeting Mill”. Hasil yang diperoleh ditimbang untuk mengetahui berapa persen berat yang hilang pada penggilingan tersebut. Lembaran lalu dicelupkan didalam larutan MgCO3 kemudian dibiarkan pada suhu kamar sela 16-24 jam.

0 Response to "Sifat Limbah Setelah Perlakuan Dengan Buckom LAWT-60"

Post a Comment